SEKOLAH MISKIN DI NEGERI TERCINTA INDONESIA
Kemiskinan di indonesia
memang belum bisa di atasi oleh pemerintah kita, salah satu contohnya adalah
sekolah miskin. Mengapa ini bisa terjadi ? bukankah dana dari pendidikn dari
pemerintah itu cukup tinggi, tapi entah kemana dana tersebut mengalir.
Kejadian seperti ini
banyak sekali kita temukan di pelosok-pelosok desa, banyak anak-anak yang kurang
mementingkan pendidikan untuk masa depannya sendiri. Hal ini terjadi karena
masalah ekonomi dan penunjang yang menyebabkan mereka untuk putus sekolah.namun
standar pendidikan yang pemerintah membuat menjadikan pola pikir mereka menjadi
sulit.
Fasilitas sekolah di
pedesaan jauh dari kata layak, sering kita lihat di media-media yang meliput
tentang fasilitas sekolah yang ada di pedesaan. Bangunan sekolah ada yang sudah
roboh, atapnya bolong apalagi kalu sudah memasuki musim hujan jadi kebajiran
dan bahkan banyak anak-anak di pedesaan yang sekolah menggunakan tenda.
Sekolah dasar di daerah
terpencil di kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara. Jumlah guru PNS dua
orang, guru honorer dua orang, jumlah siswa 50 orang. Jika langsung membagi
jumlah siswa dengan guru akan didapatkan rasio 1 guru 12 murid, tapi dalam prakteknya
tidak sesederhana itu karena salah satu PNS berstatus diperbantukan dari
sekolah terdekat, sementara honorer tak bisa hadir setiap saat karena beban ekonomi
sebagaimana masyarakat di daerah terpencil. Guru sekolah ini belum pernah
merasakan tunjangan terpencil, sementara sekolah-sekolah yang lebih dekat
dengan kota kabupaten terakomodir sebagai penenrima tunjangan terpencil.
Bangunan merupakan swadaya kepala sekolah, baru dua tahun pindah dar teras
rumah penduduk. Sekolah dapat bantuan BOS.
Siswa sekolah dasar
melintasi sungai saat berangkat menuju sekolah di Desa Nagari Koto Nan Tigo,
provinsi Sumatera Barat. Foto diambil oleh Stringer, wartawan Reuters pada 14 November
2012. Penduduk setempat mengatakan, anak dari sekitar 46 keluarga yang tinggal
di daerah tersebut setiap hari harus menyeberangi sungai saat berangkat sekolah
karena tidak ada jembatan. Pelajar bergelayutan pada kawat-kawat besi jembatan
rusak di desa Sanghiang Tanjung, Lebak, Banten, 19 Januari 2012. Jembatan yang
melintasi sungai Ciberang ini menurut kepala desa Epi Sopian sudah berusia
sekitar 11 tahun dan rusak parah akibat diterjang banjir, pelajar terpaksa
mengambil risiko melintasi jembatan akses tercepat menuju sekolahnya. Berita
pun menyebar di seluruh dunia.
Kurangnya peran
pemerintah secara operasional terutma pemerintah daerah dan kepala dinas Diknas
menjadi penyebab terjadinya sekolah miskin. Mereka hanya bisa melakukann janji-janji
palsu akan memberikan bantuan. Tapi nyatanya berkenjung ke sekolah di
pelosok-pelosok desa tidak pernah terjadi.
Semoga apa yang saya
share kali ini membuat tingkat kepedulian kita terhadap pendidikan semakin
tinggi, semoga bermanfaat.